Minggu, 23 Desember 2012

SISTEM PENDIDIKAN ISLAM MASA PENJAJAHAN BELANDA DAN JEPANG

BAB I
PENDAHULUAN 
A.    Latar Belakang
Sejarah telah mencatat lembaga pendidikan Islam yang eksistensinya sudah dikenal masyarakat luas dan mempunyai kualitas yang tidak diragukan lagi, ternyata ada sejarah yang panjang. Lahirnya lembaga pendidikan Islam di Indonesia semua tidak terlepas dari tekad dan semangat bangsa Indonesia. Kesatuan tekad dari kalangan ulama Indonesia memotivasi mereka untuk mendirikan lembaga pendidikan Islam di Indonesia.
Bahkan tidak menutup diri untuk merangkul semua elemen masyarakat agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Mengingat pada zaman penjajahan bangsa Eropa ke Indonesia sangat diperlukan lembaga pendidikan yang dapat melahirkan pejuang-pejuang muslim untuk memerangi para penjajah.
Pendidikan islam dari masa ke masa mengalami perubahan, mulai dari masa awal lahirnya, yaitu pada masa Rasulullah SAW, kemudian pada masa Khulafa’ Urasyidin, dan dilanjutkan masa-masa berikutnya. Hingga islam pun mengalami masa keemasan, kemunduran, dan perbaikan yang dikenal dengan masa pembaharuan. Dan disini yang akan kita bahas yaitu pendidikan islam di indonesia pada masa penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia.
B.     Rumusan Masalah
Adapun pokok pembahasan dalam makalah ini dirumuskan masalah berikut ini:
1.      Bagaimana sistem pendidikan Islam pada masa penjajahan Belanda?
2.      Bagaimana keadaan pendidikan islam di beberapa kota di Indonesia pada masa penjajahan Belanda?
3.      Bagaimana sistem pendidikan islam pada masa penjajahan Jepang?
4.      Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan madrasah pada masa penjajahan Jepang?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pendidikan Islam Masa Belanda
Keberadaan Belanda di Indonesia tentunya akan menyulitkan ulama untuk mendirikan lembaga pendidikan Islam. Karena Belanda sendiri punya tujuan untuk menyebarkan agama Kristen Protestan di Indonesia. Proses Kristenisasi yang dilakukan Belanda kepada masyarakat pribumi dengan cara membangun lembaga pendidikan Kristen.
Selain lembaga pendidikan Kristen, Belanda juga mendirikan beberapa lembaga pendidikan khususnya bagi masyarakat Belanda separti Meer Uitggebreid Lager Onderwij (MULO) setingkat SMP, Algemene Middlebare School (AMS) setingkat SMA, dan Kweek School (KS) sekolah Guru. Pada waktu itu, lembaga-lembaga pendidikan yang bukan didirikan oleh Belanda, termasuk kategori lembaga pendidikan swasta, karena itu semua pendidikan Islam yang ada di Indonesia adalah lembaga-lembaga pendidikan swasta, yang menurut Belanda lulusannya tidak tidak bisa diterima bekerja di perusahaan milik VOC.
Pada tahun 1905 M Belanda mengeluarkan peraturan yang isinya bahwa, guru atau ustadz yang memberikan pelajaran di lembaga pendidikan Islam harus meminta ijin terlebih dahulu. Kontan saja, isi peraturan ini membuat masyarakat pribumi terutama para santri/murid melakukan perlawanan karena ustadz dan kiyainya yang selalu ditangkap dan dipenjara dengan alasan tidak memiliki surat ijin.[1]


B.     Keadaan Pendidikan Islam di beberapa kota di Indonesia pada Masa Belanda
1.      Pendidikan Islam di Aceh
Materi pendidikan Islam di Aceh pada masa penjajahan Belanda adalah sebagai berikut:
a.    Belajar huruf Hijaiyah (alfabet Arab).
b.    Juz ‘Amma (disebut Al-Qur’an kecil).
c.    Mengaji Al-Qur’an (disebut AL-Qur’an besar).
Setelah hal-hal yang berkaitan dengan pembacaan atau cara mengaji Al-Qur’an selesai, maka dilanjutkan kepada kitab-kitab bahasa Melayu, seperti:
a.    Masail Al-Muhtadi
b.    Bidayah
c.    Miftahul Jannah
Berakhirnya masa pembacaan kitab-kitab Melayu merupakan babak baru bagi santri untuk segera mempelajari kitab-kitab berbahasa Arab berikut ini:
a.    Dammun
b.    Jurmiyah
c.    Tafsir Jalalain
2.      Pendidikan Islam di Jawa Barat
Madrasah pertama di Jawa Barat didirikan di daerah Majalengka oleh perserikatan Umat Islam pada tahun 1917. Kemudian disusul oleh madrasah Muallimin pada tahun 1923. Pada tahun 1936 diubah menjadi S.G.I Darul Ulum yang terdiri atas 5 kelas.
Pondok pesantren yang cukup berpengaruh pada masa penjajahan Belanda di Jawa Barat ialah pondok pesantren Gunung Puyuh di Sukabumi. Pendirianya Kiyai H. Sanusi yang juga bertindak sebagai pencetus dan pendiri AII (Al- Ittihadiyahtul-Islamiyah) yang bertindak sebagai pusat seluruh pesantren yang ada di Jawa Barat.
Di samping itu, pondok pesatren Persatuan Islam (Persis) yang didirikan pada tahun 1936 oleh A. Hasan di Bandung juga mempunyai andil besar dalam mempelopori pendidikan Islam di Jawa Barat. Pondok ini memiliki tujuan untuk menghasilkan para mubaligh yang sanggup menyiarkan, mengajar, membela dan mempertahankan Islam.
3.      Pendidikan Islam di Kalimantan pada masa Belanda
Madrasah yang tertua dan memiliki andil besar dalam perjalanan sejarah pendidikan Islam di Kalimantan pada masa penjajahan Belanda adalah madrasah Najah Wal Falah di Seu Bakau Besar Mempawah. Didirikan pada tahun 1918 Masehi. Pergurusn Islam Assulthaniyah di Sambas pada tahun 1922 Masehi. Tidak lama kemudian madraasah tersebut berganti nama menjadi Tarbiyatul Islam. Lama pelajarannya lima tahun dan ada penambahan khusus satu tahun untuk mata pelajaran agama.
Mata pelajaran agama yang dipelajari berupa:
a.    Nahwu
b.    Bahasa Arab
c.    Fiqih
d.   Sharaf
e.    Hadis
f.     Tarikh
g.    Al-Qur’an dan terjemahannya

Mata pelajaran umum yang dipelajari berupa:
a.    Berhitung
b.    Ilmu kesehatan
c.    Akhlak
d.   Ilmu alam[2]

C.     Sistem Pendidikan Islam pada Masa Penjajahan Jepang
Sebelum Jepang datang ke Indonesia, Jepang telah mengetahui bahwa ummat Islam tidak suka terhadap bangsa Belanda. Oleh karena itu ia menjadi sekutu Jepang. Sikap inilah yang membawa perubahan besar bagi kemajuan lembaga pendidikan  Islam  dan materi-materi keagamaan dilembaga-lembaga pendidikan umum.bahkan Jepang menaruh perhatian terhadap perkembangan ajaran dan organisasi masa Islam di Indonesia. Jepang dalam bekerja sama dengan umat Islam khususnya dan pemerintah Indonesia umumnya, yaitu :
1.      Kantor Urusan Agama yang pada zaman Belanda, diganti menjadi Kantor Sumubi yang di pimpin oleh ulama Indonesia. Saat itu dipegang oleh KH. Hasyim Asy’ari.
2.      Beberapa Pondok Pesantren sering mendapat kunjungan dan bantuan Jepang.
3.      Sekolah Negeri diberi pelajaran Budi Pekerti yang isinya indentik dengan materi keagamaan.
4.      Jepang memberikan izin membentuk barisan Hizbullah untuk memberikan pelatihan dasar kemiliteran bagi pemuda muslim.
5.      Jepang mengizinkan berdirinya Sekolah Islam di Jakarta.
6.      Jepang mengizinkan terbentuknya Pembela Tanah Air (PETA).
7.      Umat Islam diizinkan kemeruskan organisasi Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI).
Maksud dari semua perizinan Jepang tersebut adalah, kekuatan ummat Islam dan nasionalis dapat dibinademi kepentingan Jepang denganmenghadapi Sekutu. Bentuk binaannya yaitu badan-badan pertahanan seperti : Haihoo, Peta, Seinan,dan  Keibodan.
Satu hal yang menimbulkan kebencian ummat Islam terhadap Jepang yaitu memaksa bangsa Indonesia untuk memberikan kehormatan kepada Tonno Haika dengan membungkuk (Saikarei). Shumbu atau Kepala Kantor Agama menyatakan kepada Pemerintah Jepang bahwa pemerintah mengharuskan Saikarei itu bertentangan dengan keyakinan ummat Islam. Kebencian ummat Islam lainnya yaitu, Jepang memaksakan bangsa Indonesia untuk memasuki Haihoo, Peta, Seinan,dan  Keibodan[3].
D.    Pertumbuhan dan Perkembangan Madrasah pada Masa Penjajahan Jepang
Pada masa pendudukan Jepang, ada satu hal istimewah dalam dunia pendidikan sebagaimana telah dikemukakan, yaitu sekolah-sekolah telah diseragamkan dan sinegerikan meskipun sekolah-sekolah swasta lain, Muhammadiyah, Taman Siswa, dan lain-lain diijinkan terus berkembang dengan pengaturan dan diselenggarakan oleh pendudukan Jepang.
Sementara itu khususnya pada masa awal-awalnya, madrasah dibangun dengan gencar-gencarnya selagi ada angin segar yang diberikan oleh Jepang. Kesempatan itu tidak disia-siakan begitu saja dan umat Islam Indonesia memanfaatkannya dengen sebaik-baiknya.
Hampir seluruh pelosok pedesaan terdapat madrasah-madrasah yang dikunjungi oleh banyak anak laki-laki dan perempuan. Kegiatan madrasah diadakan pada sore hari dengan waktu kurang satu setengah jam. Materi yang diajarkan ialah belajar membaca Al-Qur’an, ibadah, akhlak dan keimanan sebagai pelatihan pelajaran agama yang dilakukan di sekolah rakyat pagi hari.
Oleh karena itu, meskipun dunia pendidikan secara umum terbengkalai, karena murid-muridnya setiap hari hanya disuruh gerak badan, baris-berbaris, bekerja bakti (romusha), bernyanyi dan sebagainya. Madrasah-madrasah yang berada di dalam lingkungan pondok pesantren bebas dari pengawasan langsung pemerintah pendudukan Jepang. Pendidikan dalam pondok pesantren dapat berjalan dengan wajar.[4]

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Sistem pendidikan Islam di Indonesia pada masa Belanda ditandai dengan didirikannya lembaga-lembaga pendidikan bentukan Belanda. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut memiliki jenjang yang hampir sama dengan lembaga pendidikan saat ini. Dalam prakteknya, Belanda hanya mengakui lembaga pendidikan yang dibentuk Belanda sendiri. Lulusan dari lembaga pendidikan Indonesia hanya berstatus swasta, dan para lulusannya tidak bisa bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda.
2.      Sistem pendidikan Islam di Aceh pada masa Belanda tidak begitu terpengaruh oleh sistem yang diterapkan Belanda terhadap Indonesia. Hal ini terjadi karena di Aceh sudah memiliki sistem pendidikan Islam yang diadopsi dari Timur Tengah.
3.      Sistem pendidikan Islam di Jawa Barat pada masa Belanda ditandai dengan didirikannya pondok pesantren yang banyak tersebar di wilayah Jawa Barat. Pondok pesantren yang sangat berpengaruh bagi kemajuan Islam di Jawa Barat adalah pondok pesantren Gunung Puyuh Sukabumi.
4.      Sistem pendidikan Islam pada masa Jepang sangat berbeda dengan masa Belanda. Jepang sangat mendukung pendirian lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Namun, Jepang memiliki maksud dibalik itu, Jepang menginginkan agar orang-orang yang dibimbing dalam lembaga tersebut dapat direkrut menjadi pasukan yang nantinya digunakan untuk melakukan perlawanan terhadap sekutu.
B.     Kritik dan Saran
Dalam makalah singkat ini tentunya masih banyak hal-hal yang kurang dimengerti atau bahkan kurangnya materi pambahasan. Maka, penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun, agar berikutnya ada perbaikan dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Aly. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.
Taqiyuddin. 2004. Pendidikan Islam dari Akar Sejarah Nasional. Cirebon: Annizam
_________. 2011. Pendidikan Islam dalam Lintas Sejarah Nasional. Cirebon: CV. Pengger.


[1] Taqiyuddin, 2011. Pendidikan Islam dalam Lintas Sejarah Nasional. Cirebon: CV. PANGGER
[2] Aly, Abdullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung: CV PUSTAKA SETIA
[3] Taqiyuddin, M. 2004. Pendidikan Islam dari Akar Sejarah Nasional. Cirebon: ANNIZAM
[4] Aly, Abdullah, Op. Cit., hal. 110

Tidak ada komentar:

Posting Komentar